Kenal nggak dengan benda dari plastik nan warna-warni ini? Meski didisplay mengitari tangki minyak lampu teplok, anda pasti tetap bisa mengenali saringan teh di atas. Bentuk modern dari saringan logam, saringan teh seperti ini biasa digunakan oleh keluarga-keluarga muda masa kini. Tapi, bagi para pandemen teh ”ginastel” (manis, panas, kental) dengan gula batu, saringan logam lebih disukai karena tidak mengubah aroma dan rasa air teh.
Eh, saringan-saringan teh, yang logam maupun plastik, bakal ditolak oleh kakek-nenek yang menganggap bakal lebih mantap minum teh tubruk atau teh cong... Bagi mereka, semakin disaring-saring, tehnya semakin kurang pas dan sedap. So, bukannya disaring dulu, sejumput teh langsung dimasukkan gelas, dituangi air mendidih, ditunggu sampai kental... baru diberi gula batu atau diteguk sembari menggigit gula aren atau gula Jawa. Wuih...
Begitulah cara kakek-nenek Jogja jaman baheula ”nglegakke,” secara spesial, minum teh...
Meski nggak pakai ritual seperti orang Jepang, minum teh ada seninya tersendiri. Yang paling sedap konon yang direbus pakai bahan bakar kayu atau arang. Peralatannya pun beda-beda. Gaya lama biasanya pakai cangkir dan teko. Ada yang dari tanah liat, ada pula yang dari porselen. Tea-set lama juga lebih sehat karena tidak mengandung bahan berbahaya melamine dan cat-cat sekenanya. Karenanya, tea set porselen kuno atau jadul, baik eks milik orang biasa maupun orang-orang kaya, mulai dicari kembali. Coba deh, tengok-tengok lagi lemari lama di rumah ortu atau nenek. Sapa tahu ada yang bisa di”lungsur.”
Eh, saringan-saringan teh, yang logam maupun plastik, bakal ditolak oleh kakek-nenek yang menganggap bakal lebih mantap minum teh tubruk atau teh cong... Bagi mereka, semakin disaring-saring, tehnya semakin kurang pas dan sedap. So, bukannya disaring dulu, sejumput teh langsung dimasukkan gelas, dituangi air mendidih, ditunggu sampai kental... baru diberi gula batu atau diteguk sembari menggigit gula aren atau gula Jawa. Wuih...
Begitulah cara kakek-nenek Jogja jaman baheula ”nglegakke,” secara spesial, minum teh...
Meski nggak pakai ritual seperti orang Jepang, minum teh ada seninya tersendiri. Yang paling sedap konon yang direbus pakai bahan bakar kayu atau arang. Peralatannya pun beda-beda. Gaya lama biasanya pakai cangkir dan teko. Ada yang dari tanah liat, ada pula yang dari porselen. Tea-set lama juga lebih sehat karena tidak mengandung bahan berbahaya melamine dan cat-cat sekenanya. Karenanya, tea set porselen kuno atau jadul, baik eks milik orang biasa maupun orang-orang kaya, mulai dicari kembali. Coba deh, tengok-tengok lagi lemari lama di rumah ortu atau nenek. Sapa tahu ada yang bisa di”lungsur.”
0 komentar:
Post a Comment