Tessy, anggota Sri Mulat, menyebut mereka yang AC-DC, cowok sekaligus cewek, “jengki.” Maksudnya pastilah seseorang yang seperti sepeda Jengki, bisa dinaiki laki-laki maupun perempuan. Sebelum tahun enampuluhan, hanya ada dua jenis sepeda. Sepeda onthel laki-laki dan sepeda onthel perempuan. Sepeda laki-laki ada “planthang”- nya, sedangkan sepeda perempuan tidak. Desain bagian depan sepeda perempuan melengkung. Pada paruh terakhir tahun enampuluhan hingga tahun tujuh puluhan, muncullah sepeda yang lebih pendek dan prekis, dengan desain bagian depannya tidak melengkung tetapi lurus. Model sepeda ini oleh masyarakat dianggap netral, bisa untuk laki-laki ataupun perempuan. Itulah sepeda Jengki yang kemudian populer sekali.
Tapi, mengapa selain sepeda Jengki kita juga mengenal rumah jengki, kursi jengki, meja jengki, tempat tidur jengki, dan lain-lain?
Memang. Jengki adalah trend suatu era ketika Presiden Soekarno mencanangkan sikap anti-Amerika atau anti-neokolonialisme. Seruan, ”Go to hell, Yankee” digembor-gemborkan dengan lantang. Karena lidah Jawa sulit mengucapkan kata ”Yankee,” maka”Jengki” pun jadilah. Akibatnya, apapun yang booming dimasa itu, terutama yang desainnya beda jauh dari yang konvensional, disebut jengki. Televisi dan majalah-majalah Amerika-lah punya andil memboyong mode itu ke Indonesia.
Desain Jengki biasanya tidak terlalu rumit, terkesan kontemporer, dan sangat berbeda dengan desain tradisional. Arsitektur rumah Jengki, misalnya, sangat beda dengan arsitektur rumah Jawa. Konsep rumah Jengki adalah rumah untuk keluarga kecil, nuclear family, yang terdiri hanya atas ayah, ibu, dan anak-anak. Simbah, uwak, mbokde, dan keponakan-keponakan, tidak dikonsepkan tinggal di rumah yang sama. Karenanya, rumah kecil cukuplah. Bentuknya selain kecil juga cekli, dengan warna-warna pintu dan jendela yang cerah ceria: biru, pink, hijau muda, merah, dan lain-lain.
Dinding rumah Jengki umumnya dari batu bata. Tampak sisi kiri-kanan mengesankan image huruf A atau A terjungkir. Desain Jengki jauh dari bentuk lengkung-lengkung dan ornamen yang muyek atau penuh. Biasanya dalam desain Jengki ada sentuhan garis-garis lurus, baik tegak maupun miring. Dengan demikian, desain Jengki tidak terlalu rumit dan lebih menunjukkan kesan kontemporer.
Selain rumah Jengki, yang juga sangat populer adalah sepeda Jengki. Rupa-rupanya, peluang emas bagi sepeda model Jengki, ditangkap oleh China. Banjir sepeda Jengki dari China pada tahun tujuhpuluhan tidak bisa dibendung. Harganya sepeda Jengki dari China jauh lebih murah, dengan pilihan yang sangat beragam. Yang paling terkenal adalah merck Phoenix. Tapi, orang juga bebas memilih brand lain yang juga membanjiri pasar. Ada aneka pilihan warna: hitam, biru, hijau, merah, dan lain-lain.
Sepeda Jengki memang lebih pendek dan praktis dibanding sepeda onthel. Anak-anak dan kaum wanita lebih menyukai sepeda Jengki yang trendy dan tidak terlalu tinggi bagi mereka dibanding sepeda onthel yang kemudian dianggap kuno dan hanya cocok untuk orang tua. Bahkan, anak-anak suka pada sepeda Jengki. Sepeda Jengki lebih pas untuk postur tubuh orang Indonesia.
Mode Jengki juga merambah permebelan. Dari majalah-majalah rupa-rupanya para tukang kayu atau pembuat perangkat rumah tangga melihat contoh-contoh model yang sedang trend di Amerika. Model dipan, lemari, bifet, dan sebagainya mereka adopsi pula.Yang kemudian merupakan hal baru dan positif bagi masyarakat Indonesia adalah meja-kursi makan dan meja belajar Jengki.
Orang Indonesia pada umumnya tidak punya kebiasaan makan bersama dengan seluruh anggota keluarga. Dengan mengadopsi meja-kursi makan, kebiasaan makan bersama ikut diadopsi, terutama oleh keluarga-keluarga kelas menengah ke atas. Kesempatan sharing pengalaman dalam sehari dan curhat antara anak dan orang tua serta seluruh anggota keluarga mulai menjadi kebiasaan banyak keluarga.
Selain meja-kursi makan, meja belajar Jengki juga ngetrend. Dampak positif juga terangkut lewat adopsi mode ini karena dalam keluarga-keluarga Indonesia pada umumnya, meja belajar bahkan jarang terpikirkan. Boro-boro tahun tujuhpuluhan. Sekarangpun, tidak semua anak diberi fasilitas meja belajar dan kamar pribadi.
Di Amerika sendiri, tidak pernah ada trend Jengki. Mereka jelas tidak tahu bahwa di belahan lain dunia, ada arstiektur dan mode yang sebenarnya mengacu pada trend yang tengah marak di sana. Anak muda Amerika masa kini akan kesulitan mencari model rumah atau desain-desain ”Jengki” karena di negara itu perkembangan mode begitu pesat. Trend sangat cepat berlalu di sana, secepat pergantian empat musim mereka. Termasuk pula, trend desain rumah.
Furniture Jengki masih banyak tersisa hingga kini. Ciri khasnya? Kaki-kakinya miring keluar. Oleh para kolektor maupun kolekdol mebel antik, model Jengki tidak begitu dilirik. Padahal, punya sejarah unik.
Tapi, mengapa selain sepeda Jengki kita juga mengenal rumah jengki, kursi jengki, meja jengki, tempat tidur jengki, dan lain-lain?
Memang. Jengki adalah trend suatu era ketika Presiden Soekarno mencanangkan sikap anti-Amerika atau anti-neokolonialisme. Seruan, ”Go to hell, Yankee” digembor-gemborkan dengan lantang. Karena lidah Jawa sulit mengucapkan kata ”Yankee,” maka”Jengki” pun jadilah. Akibatnya, apapun yang booming dimasa itu, terutama yang desainnya beda jauh dari yang konvensional, disebut jengki. Televisi dan majalah-majalah Amerika-lah punya andil memboyong mode itu ke Indonesia.
Desain Jengki biasanya tidak terlalu rumit, terkesan kontemporer, dan sangat berbeda dengan desain tradisional. Arsitektur rumah Jengki, misalnya, sangat beda dengan arsitektur rumah Jawa. Konsep rumah Jengki adalah rumah untuk keluarga kecil, nuclear family, yang terdiri hanya atas ayah, ibu, dan anak-anak. Simbah, uwak, mbokde, dan keponakan-keponakan, tidak dikonsepkan tinggal di rumah yang sama. Karenanya, rumah kecil cukuplah. Bentuknya selain kecil juga cekli, dengan warna-warna pintu dan jendela yang cerah ceria: biru, pink, hijau muda, merah, dan lain-lain.
Dinding rumah Jengki umumnya dari batu bata. Tampak sisi kiri-kanan mengesankan image huruf A atau A terjungkir. Desain Jengki jauh dari bentuk lengkung-lengkung dan ornamen yang muyek atau penuh. Biasanya dalam desain Jengki ada sentuhan garis-garis lurus, baik tegak maupun miring. Dengan demikian, desain Jengki tidak terlalu rumit dan lebih menunjukkan kesan kontemporer.
Selain rumah Jengki, yang juga sangat populer adalah sepeda Jengki. Rupa-rupanya, peluang emas bagi sepeda model Jengki, ditangkap oleh China. Banjir sepeda Jengki dari China pada tahun tujuhpuluhan tidak bisa dibendung. Harganya sepeda Jengki dari China jauh lebih murah, dengan pilihan yang sangat beragam. Yang paling terkenal adalah merck Phoenix. Tapi, orang juga bebas memilih brand lain yang juga membanjiri pasar. Ada aneka pilihan warna: hitam, biru, hijau, merah, dan lain-lain.
Sepeda Jengki memang lebih pendek dan praktis dibanding sepeda onthel. Anak-anak dan kaum wanita lebih menyukai sepeda Jengki yang trendy dan tidak terlalu tinggi bagi mereka dibanding sepeda onthel yang kemudian dianggap kuno dan hanya cocok untuk orang tua. Bahkan, anak-anak suka pada sepeda Jengki. Sepeda Jengki lebih pas untuk postur tubuh orang Indonesia.
Mode Jengki juga merambah permebelan. Dari majalah-majalah rupa-rupanya para tukang kayu atau pembuat perangkat rumah tangga melihat contoh-contoh model yang sedang trend di Amerika. Model dipan, lemari, bifet, dan sebagainya mereka adopsi pula.Yang kemudian merupakan hal baru dan positif bagi masyarakat Indonesia adalah meja-kursi makan dan meja belajar Jengki.
Orang Indonesia pada umumnya tidak punya kebiasaan makan bersama dengan seluruh anggota keluarga. Dengan mengadopsi meja-kursi makan, kebiasaan makan bersama ikut diadopsi, terutama oleh keluarga-keluarga kelas menengah ke atas. Kesempatan sharing pengalaman dalam sehari dan curhat antara anak dan orang tua serta seluruh anggota keluarga mulai menjadi kebiasaan banyak keluarga.
Selain meja-kursi makan, meja belajar Jengki juga ngetrend. Dampak positif juga terangkut lewat adopsi mode ini karena dalam keluarga-keluarga Indonesia pada umumnya, meja belajar bahkan jarang terpikirkan. Boro-boro tahun tujuhpuluhan. Sekarangpun, tidak semua anak diberi fasilitas meja belajar dan kamar pribadi.
Di Amerika sendiri, tidak pernah ada trend Jengki. Mereka jelas tidak tahu bahwa di belahan lain dunia, ada arstiektur dan mode yang sebenarnya mengacu pada trend yang tengah marak di sana. Anak muda Amerika masa kini akan kesulitan mencari model rumah atau desain-desain ”Jengki” karena di negara itu perkembangan mode begitu pesat. Trend sangat cepat berlalu di sana, secepat pergantian empat musim mereka. Termasuk pula, trend desain rumah.
Furniture Jengki masih banyak tersisa hingga kini. Ciri khasnya? Kaki-kakinya miring keluar. Oleh para kolektor maupun kolekdol mebel antik, model Jengki tidak begitu dilirik. Padahal, punya sejarah unik.
0 komentar:
Post a Comment